www.riau12.com
Jum'at, 07-November-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Pemkab Siak Ajukan 3.059 Tenaga Non ASN untuk Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu | 15:50 WIB - PHR Zona Rokan dan Satgas Migas Tindak Tegas Masalah Lahan Duri Field demi Ketahanan Energi Nasional | 15:32 WIB - Komisi III DPRD Riau Soroti Pengusulan Irwan Nasir Jadi Komisaris Utama BRK Syariah | 15:21 WIB - Rupiah Menguat ke Rp 16.700 per Dolar AS, Mayoritas Mata Uang Asia Ikut Menguat | 15:11 WIB - Seleksi Terbuka Camat dan Lurah Pekanbaru, 169 ASN Lolos Administrasi dan Jalani Ujian Kompetensi | 14:49 WIB - APBD Kuansing 2026 Turun Drastis ke Rp 1,4 Triliun, Belanja Modal Dipangkas Setengah
 
Dari Al-Ghazali Hingga QS Ar-Ra’d: Zikir Harus Bersih dari Ambisi dan Kerakusan Hati
Sabtu, 01-11-2025 - 15:31:51 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-Pekanbaru – Zikir dalam Islam sering dipahami sebagai menyebut atau mengingat Allah melalui kalimat-kalimat thayyibah dengan lisan. Namun, secara hakiki, zikir lebih dari sekadar ucapan. Esensi zikir terletak pada kesadaran penuh akan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Kesadaran ini, menurut ajaran Islam, akan membuat hidup menjadi tenteram. Orang yang zikir dengan benar akan terdorong untuk bersikap humanis, amanah, disiplin, dan taat hukum. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Ar-Ra’du ayat 28, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Namun, meskipun seseorang rajin berzikir, tidak sedikit yang masih merasakan kegelisahan. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin menjelaskan melalui ilustrasi sederhana tentang “keajaiban hati” (aja'ib al-qalb). Ia menekankan bahwa zikir bagaikan hardikan terhadap setan. Jika hati dipenuhi “makanan setan” berupa penyakit hati, maka zikir tidak akan efektif, bahkan setan bisa ikut memengaruhi hati meski orang itu sedang berzikir.

Salah satu penyakit hati yang kerap menyerang manusia, menurut Al-Ghazali, adalah al-hirts, yakni ambisi atau keinginan rakus yang selalu ingin lebih. Akibatnya, hati menjadi buta dan tuli, sehingga zikir tidak mampu menenangkan dan membersihkan jiwa. Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu bisa membuat seseorang “buta dan tuli” terhadap kebaikan.

Dari ajaran ini, terlihat bahwa zikir seharusnya tidak hanya dilakukan di masjid, mushala, atau forum keagamaan, tetapi juga melekat dalam seluruh aktivitas hidup: saat bekerja, berbisnis, mengajar, rapat, dan dalam setiap kesempatan. Zikir yang efektif membutuhkan hati yang bersih, sehingga kehadiran Allah benar-benar menjadi pengawas dan penuntun kehidupan.

Dengan memahami esensi zikir yang sesungguhnya, umat Islam diharapkan dapat menjalani hidup lebih tenteram, penuh kesadaran, dan dekat dengan Allah. Wallahu a’lam.




 
Berita Lainnya :
  • Dari Al-Ghazali Hingga QS Ar-Ra’d: Zikir Harus Bersih dari Ambisi dan Kerakusan Hati
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved