www.riau12.com
Jum'at, 07-November-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Pemkab Siak Ajukan 3.059 Tenaga Non ASN untuk Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu | 15:50 WIB - PHR Zona Rokan dan Satgas Migas Tindak Tegas Masalah Lahan Duri Field demi Ketahanan Energi Nasional | 15:32 WIB - Komisi III DPRD Riau Soroti Pengusulan Irwan Nasir Jadi Komisaris Utama BRK Syariah | 15:21 WIB - Rupiah Menguat ke Rp 16.700 per Dolar AS, Mayoritas Mata Uang Asia Ikut Menguat | 15:11 WIB - Seleksi Terbuka Camat dan Lurah Pekanbaru, 169 ASN Lolos Administrasi dan Jalani Ujian Kompetensi | 14:49 WIB - APBD Kuansing 2026 Turun Drastis ke Rp 1,4 Triliun, Belanja Modal Dipangkas Setengah
 
Menelusuri Asal Usul Kata Duanu dan Pergulatan Identitas Orang Laut di Indragiri Hilir
Senin, 18-08-2025 - 10:43:01 WIB

TERKAIT:
   
 

TEMBILAHAN -Riau12.com - Di pesisir Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, komunitas maritim kerap disebut sebagai Orang Laut. Istilah ini telah lama digunakan sejak masa pemerintahan kolonial, akademisi, maupun masyarakat luar untuk menggambarkan kelompok pesisir yang menggantungkan hidup pada laut.

Namun, bagi komunitas sendiri, istilah ini menjadi label eksternal yang melekat dalam sejarah relasi kekuasaan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa komunitas Duanu tidak menolak identitas sebagai bagian dari Orang Laut, tetapi mereka menegaskan bahwa istilah itu sarat stigma.

Menurut aktivis Yayasan Bangun Desa Payung Negeri (BDPN), Zainal Hussein Label Orang Laut sering diasosiasikan dengan kemiskinan, nomadisme, keterbelakangan, atau sifat “liar”.

"Stigma inilah yang membuat komunitas merasa sulit menerima istilah tersebut sebagai representasi tunggal diri mereka," kata Zainal yang merupakan Mahasiswa Doktoral Social Development, Philippine Women’s University (PWU), Filipina ini.

Sebaliknya, komunitas menelusuri sejarah leluhur dan menemukan bahwa istilah Duanu adalah endonim yang diwariskan secara turun-temurun. Nama inilah yang kemudian dipertegas sebagai identitas utama karena lahir dari internal komunitas, tumbuh dari kebanggaan dan kehormatan.

Dengan menyebut diri sebagai Duanu, mereka menegaskan martabat budaya sekaligus melakukan resistensi terhadap diskriminasi simbolik yang melekat pada label Orang Laut.

"Secara fonetik, Duanu mirip dengan douane dalam bahasa Prancis (bea cukai), istilah serapan dari Belanda dan Italia dengan akar bahasa Arab dīwān (ديوان) daftar atau kantor administrasi) (Cohen, 1994; Oxford English Dictionary, 2020),"tukas Zainal.

Sehingga lanjutnya, perbedaan makna sangat jelas bila douane mengatur jalur perdagangan, Duanu menjaga jalur laut, melestarikan ekologi pesisir, dan menjalankan peran leluhur sebagai nelayan serta penjaga laut Nusantara.

Literatur kolonial menggambarkan Orang Laut secara peyoratif sebagai kelompok miskin dan terbelakang (Chou, 2003). Narasi ini menutup pandangan terhadap pengetahuan maritim, budaya, serta fungsi ekologis komunitas.

Menanggapi stereotip ini, penegasan identitas Duanu menjadi strategi resistensi simbolik sekaligus nyata. Dengan nama ini, mereka menuntut pengakuan martabat, hak sejarah, dan eksistensi sebagai penjaga ekosistem laut. Dari perspektif teori identitas sosial, pemilihan nama ini mendongkrak kebanggaan kelompok sekaligus menghapus stigma eksternal (Tajfel & Turner, 1986).

Identitas ganda ini sebagai bagian dari Orang Laut sekaligus Duanu merupakan bentuk adaptasi dan perlawanan. Di satu sisi, mereka mengakui sejarah bersama komunitas maritim yang lebih luas. Di sisi lain, mereka menegaskan Duanu sebagai nama yang lebih setara, membanggakan, dan berakar dari dalam diri komunitas.

"Kata ‘Orang Laut’ adalah label atau sebutan yang diberikan oleh penguasa dan masyarakat, yang melekat dan sering menimbulkan luka. Sebaliknya, ‘Duanu’ adalah nama yang lahir dari dalam komunitas nama yang membuat mereka bangga, terhormat, dan percaya diri atas identitas leluhur mereka," tekan Zainal.

Dengan demikian, penegasan identitas Duanu tidak berarti menghapus sejarah sebagai Orang Laut, melainkan merupakan usaha memperbaiki citra, mengikis diskriminasi dan memulihkan harga diri kolektif.

"Identitas ini menjadi fondasi untuk memperjuangkan hak maritim, mengakses pembangunan pesisir, serta berpartisipasi dalam kebijakan lingkungan dan ekonomi lokal," tutup Zainal yang juga dosen di Universitas Islam Indragiri itu.(***)

Sumber: Riaupos



 
Berita Lainnya :
  • Menelusuri Asal Usul Kata Duanu dan Pergulatan Identitas Orang Laut di Indragiri Hilir
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved