www.riau12.com
Jum'at, 07-November-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Server Pajak Pekanbaru Diduga Diretas, Layanan Bapenda Lumpuh Tiga Hari | 15:51 WIB - Google Siapkan Pusat Data di Luar Angkasa Melalui Project Suncatcher, Target Awal 2027 | 15:40 WIB - LSM AMATIR Sebut Ratusan Hektare Hutan Riau Dijadikan Perkebunan Sawit Ilegal, Kapolda Janji Tindak Lanjut | 15:26 WIB - Arzeti Bilbina Prihatin Dua Juta Anak di Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Dorong Pemerintah Perkuat Kesehatan Mental | 14:57 WIB - Erdison SPd Resmi Jadi Plt Kadis Sosial PMD Kuansing, Awal Tugas Langsung Usulkan Pelantikan Pj Kades | 14:54 WIB - Karhutla di Desa Pancur Inhil Meluas Hingga 33 Hektare, BPBD Kirim Permintaan Bantuan Heli Water Bombing
 
Macron Tegaskan Dukungan pada Bayrou di Tengah Tekanan Mosi Tidak Percaya, Jajak Pendapat: 63% Warga Ingin Parlemen Dibubarkan
Jumat, 29-08-2025 - 15:59:41 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-Paris, 29 Agustus 2025 – Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan dukungan penuh kepada Perdana Menteri François Bayrou, yang menghadapi tekanan besar menjelang pemungutan suara mosi tidak percaya pada 8 September 2025 mendatang.

Langkah Bayrou mendorong parlemen menyetujui rencana penghematan anggaran senilai sekitar 44 miliar Euro (sekitar Rp770 triliun) memicu penolakan luas dari partai oposisi, baik dari sayap kiri maupun kanan. Partai sayap kanan menuntut Macron membubarkan parlemen dan menggelar pemilu baru, sementara partai kiri mendesak presiden untuk mundur.

Jajak pendapat Ifop yang dirilis pekan ini menunjukkan 63 persen warga Prancis mendukung pembubaran parlemen dan penyelenggaraan pemilu baru.

Bayrou sendiri menegaskan akan mempertahankan posisinya, menantang partai oposisi untuk memilih antara "kekacauan atau tanggung jawab". Presiden Macron menyerukan para politisi untuk bersikap dewasa menghadapi krisis ini. "Saya meminta semua partai bertindak secara bertanggung jawab," ujar juru bicara Sophie Primas, usai rapat kabinet pada Rabu.

Jika pemerintah kalah dalam pemungutan suara, Macron menghadapi pilihan sulit: menunjuk perdana menteri baru, membubarkan parlemen dan mengadakan pemilu, atau mundur. Namun, pembubaran parlemen disebut Macron sebagai opsi terakhir.

Di sisi lain, gerakan anti-penghematan “Bloquons tout” atau “Blokir Segalanya” semakin menguat, dengan seruan aksi mogok nasional pada 10 September, dua hari setelah pemungutan suara.

Krisis ini menjadi ujian politik terbesar bagi Macron menjelang pemilihan presiden 2027, di mana partai sayap kanan melihat peluang untuk merebut kekuasaan. "Hanya ada satu jalan keluar dari kebuntuan politik ini, yaitu kembali ke tempat pemungutan suara," ujar Jordan Bardella, ketua partai National Rally.




 
Berita Lainnya :
  • Macron Tegaskan Dukungan pada Bayrou di Tengah Tekanan Mosi Tidak Percaya, Jajak Pendapat: 63% Warga Ingin Parlemen Dibubarkan
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved