Dari Basic Fighter Maneuvers (BFM) hingga Air Combat Maneuvering (ACM), duel udara ini memacu adrenalin para penerbang. Puncaknya, simulasi pertempuran nyata Defensive Counter Air (DCA) digelar: empat F-16 TNI AU sebagai Blue Force menjaga wilayah udara, sementara dua F-15 USAF bersama dua F-16 lain sebagai Red Force berupaya menembus pertahanan lawan.

Ketegangan makin terasa karena kedua jet punya karakter berbeda. F-16 terkenal lincah dan gesit, sementara F-15 unggul dalam daya jelajah dan kecepatan. Perbedaan itu memaksa pilot mengeluarkan taktik terbaik seolah benar-benar berada di medan tempur.

“Latma Cope West 2025 memberikan ruang bagi para penerbang untuk menguji keterampilan, meningkatkan interoperabilitas, serta memperdalam pemahaman taktik udara bersama mitra dari USAF,” ujar Kolonel Pnb Bambang Apriyanto, Direktur Latihan Cope West 2025.

Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Abdul Haris, menambahkan, latihan ini bukan sekadar adu keterampilan, tetapi juga mempererat persahabatan dan kerja sama strategis.

“Kami bangga Lanud Roesmin Nurjadin dipercaya menjadi lokasi latihan internasional ini,” katanya.

Sebagai informasi, F-16 Fighting Falcon telah menjadi andalan TNI AU sejak 1989 untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia. Sementara F-15E Strike Eagle merupakan tulang punggung USAF untuk misi jarak jauh sekaligus pertempuran udara.

Melalui latihan ini, kedua angkatan udara tak hanya menguji teknologi dan kemampuan tempur, tetapi juga membangun fondasi persahabatan dan kepercayaan demi stabilitas kawasan.