Ekonom Ferry Latuhihin Kritik Kebijakan Fiskal dan Moneter, Prediksi Rupiah Bisa Anjlok ke Rp20.000
Sabtu, 04-10-2025 - 10:40:36 WIB
Riau12.com-JAKARTA – Ekonom Ferry Latuhihin melontarkan kritik keras terhadap serangkaian kebijakan moneter dan fiskal pemerintah, menyoroti potensi risiko besar bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya, nilai tukar Rupiah yang menurut prediksinya berpotensi menembus level psikologis Rp20.000 per dolar AS.
“Bukan tidak mungkin loh dolar ke Rp20.000. Saya bukan nakut-nakutin, ini logikanya,” ujar Ferry dalam diskusi di kanal YouTube Rhenald Kasali , dikutip Sabtu (4/10/2025).
Ferry menilai, keputusan menaikkan bunga deposito dolar di bank Himbara justru memicu capital flight. “Ini bukan soal dibawa ke luar negeri, tapi beralih dari Rupiah ke dolar. Itu capital flight, orang exit dari Rupiah,” jelasnya. Ia menekankan, seharusnya pemerintah menaikkan bunga deposito Rupiah untuk menjaga daya tarik mata uang domestik.
Kritik juga diarahkan pada kebijakan penempatan dana Rp200 triliun di Himbara. Ferry menilai langkah ini tidak produktif, karena tidak menyelesaikan masalah utama pengusaha: tingginya suku bunga. “Buat pengusaha bukan soal berapa banyak uang di perbankan, tapi berapa tinggi suku bunga yang ditawarkan. Itu biaya modalnya,” katanya.
Ferry memperingatkan Indonesia tengah menuju kondisi credit crunch, yaitu likuiditas melimpah di perbankan, tetapi tidak ada yang berani meminjam karena prospek ekonomi yang suram.
Ia juga menyoroti independensi Bank Indonesia (BI) yang menurutnya mulai rapuh akibat skema burden sharing dengan pemerintah. Kondisi ini, kata Ferry, melemahkan kepercayaan pasar terhadap Rupiah dan mendorong masyarakat beralih ke mata uang lain, seperti dolar Singapura, dolar Australia, dan Euro.
Selain itu, Ferry menilai pembangunan infrastruktur yang masif tidak produktif memperparah kondisi ekonomi yang disebutnya ‘zombie state’. “Banyak yang tidak produktif. Jalan tol di beberapa tempat cuma delapan mobil sehari,” ujarnya.
Ia menutup dengan kritik fundamental terhadap prioritas pemerintah: fokus utama seharusnya menciptakan ekosistem lapangan kerja, bukan sekadar program populis atau bantuan konsumtif.
“Negara tugasnya satu, memikirkan bagaimana menciptakan lapangan kerja, bukan ngasih makan orang dengan makanan,” tegas Ferry.
Komentar Anda :