Investasi Energi Terbarukan Indonesia Capai US$1,3 Miliar di Semester I 2025, REC Jadi Pemicu Daya Tarik Investor
Kamis, 06-11-2025 - 13:12:40 WIB
Riau12.com-JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasi investasi di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia pada semester pertama 2025 mencapai sekitar US$ 1,3 miliar atau setara Rp 21,64 triliun. Angka ini mendekati target tahun 2025 sebesar US$ 1,5 miliar, meski sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi investasi EBT pada tahun 2024 sebesar US$ 1,49 miliar atau Rp 24,04 triliun.
Data dari Climate Policy Initiative (CPI) juga menunjukkan, total investasi sektor ketenagalistrikan Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai US$ 38,02 miliar, dengan rata-rata tahunan sekitar US$ 7,6 miliar. Dari angka tersebut, rata-rata investasi tahunan khusus untuk EBT mencapai US$ 1,79 miliar.
Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivative Exchange (ICDX/BKDI), Fajar Wibhiyadi, menilai bahwa Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dapat memberikan efek pengganda (multiplier effect) bagi pembangkit listrik berbasis EBT. "REC memberikan pendapatan tambahan di luar penjualan listrik, yang tentu mempercepat pengembalian modal investasi," jelas Fajar.
Ia menambahkan, “REC berfungsi sebagai insentif bagi pengembang pembangkit listrik EBT dan tidak bisa dinikmati pengembang pembangkit non-EBT. Dengan adanya perdagangan REC, ini diharapkan menjadi ‘sweetener’ bagi pelaku usaha untuk mengembangkan pembangkit listrik berbasis EBT. Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air, Surya, Geothermal, Angin, serta Tenaga Sampah.”
Sertifikat Energi Terbarukan atau REC sendiri merupakan sertifikat atas produksi listrik dari pembangkit EBT sesuai standar nasional dan/atau internasional, di mana 1 REC setara dengan 1 MWh listrik. Di Indonesia, perdagangan REC dijalankan melalui ICDX atau BKDI, dengan infrastruktur yang terhubung ke sistem registri Evident I-REC dan APX TIGRs.
Komentar Anda :