Program Bioetanol E10: Fleksibilitas Produk dan Kesiapan Lahan 240 Ribu Hektare Menjadi Kunci
Kamis, 30-10-2025 - 11:27:33 WIB
Riau12.com-PEKANBARU – Pemerintah tengah mempersiapkan pengembangan industri bioetanol nasional dengan target pencampuran etanol 10 persen (E10) ke dalam bensin mulai 2027. Program ini sejalan dengan upaya swasembada energi nasional dan pemanfaatan bahan baku lokal seperti singkong, tebu, dan sagu.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan lahan seluas 240 ribu hektare yang tersebar di 18 provinsi. Lahan ini merupakan tahap awal dari target total 1 juta hektare untuk penanaman bahan baku etanol. “Mencar-mencar di sejumlah provinsi, sementara memang baru sekitar 240 ribu hektare yang tersedia dari target 1 juta hektare,” ujar Nusron, Kamis (30/10/2025).
Dukungan Kementerian ATR/BPN terhadap program ini fokus pada kemudahan tata ruang dan percepatan penyediaan lahan serta perizinan. Nusron mencontohkan percepatan proses di proyek food estate Merauke sebagai bukti keberhasilan koordinasi antarinstansi.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan kesiapannya menanam bahan baku etanol di lahan 1 juta hektare. Program ini akan difokuskan pada dua komoditas utama, yaitu singkong dan tebu. “Singkong disiapkan di lahan 1 juta hektare, tebu 500 ribu hektare. Dua komoditas ini bisa jadi etanol,” ujarnya. Amran menambahkan, fleksibilitas tinggi dalam penjualan produk memungkinkan pemerintah menyesuaikan dengan harga pasar, baik gula maupun etanol, mirip praktik di Brasil.
Kementerian Perindustrian menilai beberapa daerah memiliki potensi besar untuk pendirian pabrik etanol, antara lain Jawa Timur, Merauke, Tegal (Jawa Tengah), Sumba (NTT), dan Sumatra Selatan. Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menjelaskan Jawa Timur dan Merauke strategis karena dekat dengan lokasi penanaman bahan baku. Sementara di Sumatra Selatan, produktivitas tebu di lahan rawa meningkat signifikan, dengan rendemen molases meningkat dari 5,7 persen menjadi 8 persen.
Selain itu, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III berencana membangun pabrik etanol di Gresik, Jawa Timur. Putu menambahkan, dari sisi biaya, sagu menjadi opsi paling murah untuk bahan baku etanol, diikuti singkong. Jagung menjadi opsi terakhir karena biayanya lebih tinggi.
Pemerintah menekankan bahwa pengembangan industri bioetanol ini juga sejalan dengan program swasembada gula nasional, yang akan meningkatkan pasokan molases sebagai bahan baku etanol. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung petani lokal dengan memanfaatkan komoditas unggulan daerah.
Komentar Anda :