www.riau12.com
Jum'at, 07-November-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Server Pajak Pekanbaru Diduga Diretas, Layanan Bapenda Lumpuh Tiga Hari | 15:51 WIB - Google Siapkan Pusat Data di Luar Angkasa Melalui Project Suncatcher, Target Awal 2027 | 15:40 WIB - LSM AMATIR Sebut Ratusan Hektare Hutan Riau Dijadikan Perkebunan Sawit Ilegal, Kapolda Janji Tindak Lanjut | 15:26 WIB - Arzeti Bilbina Prihatin Dua Juta Anak di Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Dorong Pemerintah Perkuat Kesehatan Mental | 14:57 WIB - Erdison SPd Resmi Jadi Plt Kadis Sosial PMD Kuansing, Awal Tugas Langsung Usulkan Pelantikan Pj Kades | 14:54 WIB - Karhutla di Desa Pancur Inhil Meluas Hingga 33 Hektare, BPBD Kirim Permintaan Bantuan Heli Water Bombing
 
Pemilu Serentak Dinilai Jadi Beban Bagi Caleg, Bahkan Picu Peningkatan Politik Uang
Kamis, 06-03-2025 - 12:52:38 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-JAKARTA – Pemilu serentak 2024 dinilai menjadi beban bagi calon anggota legislatif (caleg) dan memicu peningkatan praktik politik uang. Kesimpulan ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Delia Wildianti, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/3/2025).

“Berbagai studi, seperti yang dilakukan Prihatini dan Wardani, menunjukkan bahwa jadwal pemilu yang dilakukan secara serentak justru memberatkan caleg,” ujar Delia.

Salah satu tantangan terbesar adalah jadwal kampanye yang bersamaan dengan pemilihan presiden. Hal ini membuat caleg dari partai kecil sulit mempromosikan diri karena fokus pemilih lebih tertuju pada kontestasi nasional.

Tak hanya itu, studi yang dilakukan oleh Burhanuddin pada 2024 menemukan bahwa pemilu serentak justru meningkatkan praktik politik uang atau vote buying.

“Money politics dalam pemilu serentak meningkat karena tingginya biaya politik yang bersifat transaksional,” tambah Delia.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Ketua Komisi II, Dede Yusuf, yang menyoroti mahalnya biaya politik di Indonesia.

“Biaya untuk mencalonkan diri sangat tinggi. Ini bukan hanya dirasakan oleh kami, tapi juga oleh peserta pemilu yang menghadapi kerasnya persaingan politik,” jelas Delia.

Menurutnya, penelitian Burhanuddin juga menunjukkan bahwa pembelian suara semakin dinormalisasi oleh pemilih. Faktor lingkungan sosial turut berperan dalam membuat praktik ini dianggap wajar.

Sebagai solusi, Puskapol UI merekomendasikan model pemilu yang memisahkan pemilu nasional dan pemilu lokal, sebagaimana diatur dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 55/PUU-XVII/2019.(***)

Sumber: Goriau



 
Berita Lainnya :
  • Pemilu Serentak Dinilai Jadi Beban Bagi Caleg, Bahkan Picu Peningkatan Politik Uang
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved