BMKG Pasang 10.000 Detektor Pantau Cuaca, Gempa, dan Tsunami Secara Real-Time di 191 Daerah Selasa, 16/12/2025 | 15:31
Riau12.com-JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memasang lebih dari 10.000 detektor untuk memperkuat pemantauan cuaca, gempa bumi, hingga potensi tsunami di Indonesia. Detektor tersebut tersebar di 191 daerah dan dipantau secara real-time oleh unit pelaksana teknis (UPT) BMKG.
Penjelasan ini disampaikan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, kepada Presiden RI Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12/2025).
“Ini terpantau di UPT BMKG, stasiun-stasiun yang tersebar di 191 daerah di Indonesia, dengan 10 ribu lebih alat yang memantau kondisi cuaca serta gempa dan tsunami,” ujar Faisal.
Selain detektor utama, BMKG juga menempatkan lightning detector atau alat pengamatan petir di 38 UPT. Alat ini berfungsi memantau lokasi dan intensitas petir, sekaligus mendukung pengembangan prakiraan cuaca berbasis dampak atau Impact Based Forecast (IBF). Dengan sistem IBF, informasi prakiraan tidak hanya menyajikan kondisi atmosfer, tetapi juga potensi dampak yang dapat ditimbulkan.
“Kita bisa memprediksi petir akan terjadi di mana dan kapan akibat dari kondisi cuaca di sekitarnya,” tambah Faisal.
BMKG juga menyiapkan operasi modifikasi cuaca di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Lampung. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi hujan ekstrem akibat siklon Bakung, bibit siklon 93S, dan bibit siklon 95S. Metode yang digunakan meliputi penyemaian awan dengan bahan NaCl agar curah hujan jatuh di perairan atau wilayah yang tidak berbahaya, serta penebaran kapur tohor (CaO) di atas Jakarta untuk memecah awan hujan. Teknik ini diklaim mampu menurunkan curah hujan hingga 20–50 persen.
“Operasi modifikasi cuaca dilakukan untuk mencegah awan hujan mendekati daratan Indonesia. Kalau awan hujan sudah mendekat, kita semai dengan NaCl agar jatuh di tempat yang aman, atau kalau sudah di atas Jakarta, kita tebarkan CaO supaya awan terpecah dan tidak terjadi hujan,” jelas Faisal.
Ia juga menegaskan bahwa BMKG bekerja sama dengan BNPB, BPBD, dan Basarnas dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem. Faisal meminta masyarakat tetap tenang dan waspada terhadap curah hujan tinggi serta gelombang tinggi.
“Untuk masyarakat, tetap tenang selama kita dapat memantau kondisi dan selalu bersiap menghadapi curah hujan tinggi dan gelombang tinggi,” tutupnya.