Dikutip dari Republika.co.id, salah satu contoh kerendahan hati dan kesederhanaan gaya hidup Umar bin Khattab diceritakan Fethullah Gulen dalam buku Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia.

Dituliskan Fethullah, ketika Al Quds (Yerusalem) berhasil ditaklukkan pasukan Islam, para pendeta yang berada di kota suci itu tidak bersedia menyerahkan kunci kota kepada panglima pasukan Muslim yang telah memenangkan pertempuran. Para pendeta merasa tak menemukan orang yang pantas untuk menerima kunci kota suci itu.

Kabar itu pun sampai kepada Umar bin Khattab. Sang Amirul Mukminin pun langsung berangkat menuju Al Quds dengan mengendarai seekor unta yang dipinjamnya dari Baitul Mal.Umar berangkat bersama ajudannya.

Di sepanjang perjalanan menuju Al Quds, Umar rela bergantian dengan ajudannya mengendarai dan menuntun unta pinjaman dari Baitul Mal itu.

Ketika unta yang dikendarai Umar hampir sampai di gerbang Al Quds, tibalah giiran ajudan Umar bin Khattab mengendarai unta itu. Umar pun turun dan mempersilakan ajudannya untuk naik ke punggung unta, sementara dirinya menuntun unta itu sambil berjalan.

Ajudan Umar bin Khattab sempat menolak karena merasa tak patut membiarkan Amirul Mukminin memasuki Al Quds sambil berjalan menuntun unta yang dikendarai seorang pelayan. Namun, Umar tetap menuntun unta tersebut.

Dalam sekejap, penduduk Yerusalem pun mendadak riuh karena tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seorang pemimpin tertinggi kekhalifahan Islam berjalan memasuki kota sambil menuntun unta yang dikendarai ajudannya.

Ketika hal itu terlihat oleh para pendeta pemegang kunci kota, mereka pun berujar "Memang seperti inilah sifat orang yang akan menerima kunci kota ini, seperti yang telah disebutkan di dalam kitab suci kami."

Para pendeta itu pun langsung menyerahkan kunci kota Al Quds kepada Umar bin Khattab.(***)

Sumber: Goriau