Lima Keris dan Satu Anak Panah Diserahkan Untuk Menambah Warisan Budaya Istana Sayap Pelalawan
Rabu, 16-07-2025 - 14:20:20 WIB
Riau12.com , PELALAWAN -Suasana sakral dan penuh khidmat menyelimuti Pesanggrahan Panglima Kudin, Pelalawan, Ahad (13/7/2025), saat Forum Praktisi Cagar Budaya-Ziarah (FPCB-Z/WAKMON) menyerahkan lima bilah keris dan satu mata anak panah kepada Istana Sayap Pelalawan. Penyerahan pusaka ini dilakukan atas nama tokoh muda yang dikenal sebagai Bujang Kecik, yang dipercaya sebagai pengelola amanah pusaka tersebut.
Prosesi adat ini bukan sekadar seremoni simbolik, melainkan bentuk penghormatan dan peringatan atas nilai-nilai luhur warisan leluhur. Kelima keris yang diserahkan dimaknai secara mendalam: lambang kepemimpinan, keberanian, kearifan lokal, persatuan adat, dan penghormatan terhadap tradisi. Sementara satu mata anak panah melambangkan ketajaman visi para leluhur, semangat perjuangan, serta kesiapan membela marwah negeri.
"Penyerahan ini kami lakukan atas nama Bujang Kecik untuk diteruskan kepada Penghulu Koto. Ini adalah bentuk komitmen kami menjaga kesinambungan nilai-nilai budaya," ujar perwakilan FPCB-Z dalam sambutannya.
Lebih dari sekadar benda pusaka, keris dan mata anak panah itu dipandang sebagai pengingat akan pentingnya sejarah dalam membentuk jati diri bangsa. Forum FPCB-Z menekankan bahwa generasi muda harus kembali menengok masa lalu sebagai cermin, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk memaknai perjuangan dan nilai yang diwariskan.
"Kami ingin masyarakat memahami bahwa sejarah bukanlah sekadar cerita usang, tetapi warisan nilai yang hidup dan harus dijaga serta diwariskan," tegasnya.
Dalam prosesi tersebut, semangat nasionalisme juga digaungkan lewat kutipan Bung Karno: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri." Kalimat itu menjadi jiwa dari penyerahan pusaka yang berlangsung dalam adat dan nuansa kebangsaan.
Forum FPCB-Z mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam pelestarian budaya. Menurut mereka, pelestarian bukan hanya tanggung jawab tokoh adat atau komunitas budaya, melainkan panggilan bersama seluruh bangsa.
"Pusaka ini bukan hanya milik masa lalu. Ia adalah amanah yang harus diteruskan ke masa depan. Warisan ini hidup, dan kita semua adalah penjaganya," pungkas perwakilan forum.(***)
Sumber: Riauterkini
Komentar Anda :