Riau12.com-PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau tengah mempersiapkan diri menjadi pusat peradaban Melayu dunia melalui penyelenggaraan Pekan Budaya Melayu Serumpun 2025, yang akan digelar pada 7–10 Agustus mendatang di jantung kota Pekanbaru. Hajatan budaya berskala internasional ini akan berlangsung di Jalan Sultan Syarif Kasim dan terbuka untuk umum tanpa pungutan biaya.
Pekan budaya ini merupakan bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-67 Provinsi Riau sekaligus HUT ke-80 Republik Indonesia. Mengusung tema “Riau sebagai Pusat Budaya Melayu Serumpun,” perhelatan ini ditujukan sebagai panggung bagi kekayaan budaya Melayu sekaligus memperkuat posisi Riau dalam konstelasi budaya di Asia Tenggara.
“Kita ingin mengangkat kembali kesadaran bahwa Riau ini bukan hanya bagian dari kebudayaan Melayu, tapi juga pusatnya. Ada literasi budaya yang harus terus dibangun, agar generasi muda mengenal dan mencintai akar budayanya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, saat ditemui Goriau di ruang kerjanya, Kamis (10/7/2025).
Rangkaian acara Pekan Budaya Melayu Serumpun akan mencakup pameran budaya, pertunjukan seni tradisional, atraksi budaya masyarakat Melayu dari berbagai daerah, hingga diskusi akademik dalam bentuk simposium internasional. Sejarah dan perkembangan peradaban Melayu akan ditampilkan melalui museum mini, stan etnografi, hingga pementasan cerita rakyat dan sastra lisan.
“Yang ditampilkan bukan sekadar tarian atau lagu, tapi peradaban. Kita ingin masyarakat tahu, Melayu itu bukan hanya soal pakaian adat, tapi juga ilmu pengetahuan, arsitektur, kuliner, sistem sosial yang maju,” lanjut Roni.
Puncak acara akan dimeriahkan oleh sejumlah artis dan seniman Melayu, baik dari Riau maupun negara tetangga. Di antaranya penyanyi senior Iyeth Bustami, grup musik Melayu Lebah Begantung, serta jika tidak ada perubahan, Rojer Kajol turut memeriahkan perhelatan ini.
“Ini bukan sekadar hiburan, tapi selebrasi budaya. Karena itu kita libatkan pelaku budaya lokal, seniman kampung, hingga tokoh adat,” ujarnya.
Pekan budaya ini juga menghadirkan forum intelektual berupa Simposium Melayu Serumpun yang akan mengangkat tujuh topik penting mengenai peradaban Melayu. Narasumber dijadwalkan hadir dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Beberapa akademisi dari Australia dan Belanda juga telah dijadwalkan berbicara dalam forum ini.
“Kita juga undang provinsi-provinsi di Indonesia yang punya akar budaya Melayu. Mereka ini akan membawa delegasi seni dan pemikir budaya,” ujar Roni. Menurutnya, undangan telah dikirim, dan tinggal menunggu konfirmasi.
Kegiatan ini juga bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, yang akan menjadi salah satu koordinator dalam penentuan tema dan substansi diskusi. Harapannya, dari pertemuan ini akan lahir semacam "warkah kebudayaan" atau dokumen kesepakatan budaya yang menjadi rujukan bersama di antara negara-negara rumpun Melayu.
Melalui tajuk besar “Menjaga Warisan, Merangkai Peradaban,” Pemerintah Provinsi Riau berharap agar Pekan Budaya Melayu Serumpun ini tidak hanya menjadi perhelatan tahunan semata, melainkan juga menjadi gerakan kultural jangka panjang.
“Yang kita bangun bukan sekadar acara, tapi kesadaran kolektif. Dari sinilah nanti kita bisa dorong kurikulum untuk penguatan institusi-institusi budaya di sekolah dan kampus,” ujar Roni.
Ia berharap gaung budaya Melayu tidak hanya bersifat seremonial, tetapi menjadi bagian dari kehidupan keseharian masyarakat Riau. Dalam jangka panjang, Pemerintah Provinsi Riau ingin menjadikan momentum ini sebagai landasan untuk membangun diplomasi budaya antarbangsa.
“Jika Bali dikenal dengan Hindu, Yogyakarta dengan Jawa, maka Riau seharusnya dikenal dunia sebagai pusat Melayu. Ini misi kebudayaan yang sejalan dengan visi pembangunan jangka panjang kita,” tegas Roni.
Kenduri Riau: Rumah Besar Melayu DuniaAcara ini dikemas dengan nama Kenduri Riau, sebagai perwujudan rumah besar Melayu dunia yang terbuka bagi seluruh anak negeri dari berbagai penjuru. Dalam narasi resmi Dinas Pariwisata Riau, Kenduri ini diibaratkan sebagai “gelombang besar dari riak-riak kecil budaya Melayu yang hidup di tengah masyarakat.”
“Ini bukan milik pemerintah saja, tapi milik semua orang yang merasa bagian dari Melayu. Kami ingin semua terlibat, mulai dari seniman, pelajar, budayawan, hingga pedagang kecil,” ujar Roni.
Dengan semangat gotong royong dan cinta budaya, Riau bertekad menjadikan Kenduri Riau sebagai panggung dunia bagi peradaban Melayu. Sebuah ruang silaturahmi lintas batas budaya yang menyatukan rasa, sejarah, dan masa depan.(***)
Sumber: Goriau
Komentar Anda :