ndah Rahmayeni SIP, Jadi Relawan Pendidikan di Daerah Terpencil
Rabu, 03-08-2016 - 09:02:42 WIB
 |
Indah Rahmayeni SIP
|
Riau12.com- PEKANBARU - Semua berawal saat ia menyaksikan video inspiratif dari Anies Baswedan. Melalui youtube, ia menyaksikan mantan Menteri Pendidikan tersebut memaparkan mengenai program Indonesia Mengajar. Hatinya pun tergerak.
Terpanggil untuk menyalurkan ilmu ke pelosok negeri. Ia sadar, jika mengharapkan pemerintah saja, pemerataan pendidikan menjadi suatu yang sulit. Sementara pemerintah mewujudkan itu, masyarakat pelosok negeri masih harus berjuang keras untuk bersekolah.
Karena itu, ia memberanikan diri untuk mendaftar dalam program Indonesia Mengajar (IM) tersebut. Sokongan penuh dari orangtua membuatnya semakin mantap. Meski ia memilih jalur yang berbeda dengan kebanyakan freshgraduate lain yang justru langsung bekerja, namun orangtuanya sadar bahwa sang anak ingin melakukan kegiatan sosial yang nilainya sangat berharga. Dari 10.555 peserta yang mendaftar, ia berhasil lolos bersama 74 relawan lain. Sejak itu, ia resmi menjadi Pengajar Muda Angkatan X
"Kalau bukan kita anak muda yang bantu negara untuk pendidikan, siapa lagi. Kalau menunggu pemerintah yang bekerja sampai ke pelosok, aku rasa akan memakan waktu yang lama. Karena Indonesia kita ini sebegitu luasnya. Selagi kuat, mampu, kenapa tidak?," terangnya.
Ia ditempatkan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Ia tinggal dan hidup sebagai minoritas di sana. Ya, Indah menjadi muslim satu-satunya di Desa Lamdesar Barat itu. Meski begitu, ia mengaku kagum dengan masyarakat di sana yang sangat menghargainya sebagai pendidik yang beragama muslim. Toleransi beragama diakuinya begitu kental. Sehingha ia nyaman dan betah mengajar.
Ia melanjutkan, sebelum program Indonesia Mengajar, anak-anak di sana kebanyakan bersekolah hanya sampai tingkat SD saja. Pasalnya, untuk melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA mereka harus pergi jauh dari kampung. Mereka harus kost di sana dengan biaya besar. Sedangkan keluarga mereka kebanyakan berada di bawah kata sederhana. Banyak dari mereka yang hanya menjadi petani kacang dengan permasalahan ekonomi yang berat.
Namun, semenjak ada Indonesia Mengajar di desa itu, tepatnya pada 2010, mulailah ada dibangun SMP dari PNPM Mandiri. Kemudian, ada anak desa yang pintar, diajak bersekolah keluar Maluku. Misalnya ke Jawa untuk meingkatkan mutu pendidikan mereka dengan biaya dari crowdfounding.
"Keberadaan kita di sana memang sangat membantu mereka. Pada dasarnya, Indonesia Mengajar sendiri lebih merubah perilaku manusia, perilaku lebih peduli kepada pendidikan. Pengalaman ku ketika mengajar, ya aku bahagia. Bisa berbagi ilmu kepada anak muridku. Karena keterbatasan guru, aku juga sering menggabung kelas V dan VI. Ya, d SD tersebut hanya ada 4 guru dan 1 kepala sekolah. Jika diantaranya lagi keluar desa, ya otomatis salah satu kelas pasti kosong tidak ada yang mengajar," terang wanita ramah ini.
Selama di sana, ia mengaku banyak pengalaman berharga yang ia dapatkan. Ia menjadi lebih bersyukur. Karena jika melihat murid-muridnya yang mengenakan baju sobek dengan peralatan sekolah seadanya, hidupnya jauh lebih beruntung. Di samping itu, ia menjadi sadar bahwa memang peran pemerintah masih sangat minim di wilayah terpencil.
Terbukti, masyarakat di sana bisa dikatakan miskin. Padahal, sebenarnya ekonomi mereka bisa meningkat, Mereka punya laut dan tanah yang subur. Sayangnya, minimnya pengetahuan mereka dalam menegelola sumber daya alam, membuat mereka hanya mengandalkan ladang bertanam kacang.
Ia berharap, progam IM bisa menjadi cambuk atau kesadaran bagi pemerintah bahwa mereka masih punya PR di wilayah terpencil. "Saat ini di Maluku Tenggara Barat sudah berakhir masa tugas 5 tahun dari 2010 lalu. Tindak lanjutnya kita serahkan kepada pemerintah. Karena 5 tahun adanya IM di sana, dirasa cukup untuk merubah pikiran masyarakat untuk lebih peduli terhadap pendidikan," sebutnya.(rp)
Komentar Anda :