Taklukkan Tantangan MEA dengan Segudang Skill
Jumat, 20-11-2015 - 15:33:40 WIB
JAKARTA,Riau12.com-Tidak lama lagi Indonesia akan menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Era pasar bebas ini dipenuhi berbagai tantangan, terutama bagi para lulusan perguruan tinggi. Jika tidak bersiap, mereka akan tertinggal dalam persaingan dunia kerja.
Kuncinya adalah membekali diri dengan segudang skill. Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia (STEI) Jakarta, Drs Ridwan Maronrong MsC mengatakan, mahasiswa harus menambah dan meningkatkan kompetensi diri agar mampu bersaing baik di tingkat nasional maupun global, khususnya menghadapi MEA akhir tahun ini.
Salah satu kompetensi itu, kata Ridwan, adalah penguasaan bahasa Inggris. Ridwan pun menyiapkan anak didiknya di jenjang S-1 dengan perkuliahan bahasa Inggris selama delapan semester. Mahasiswa jenjang D-3 juga mendapat porsi pelajaran bahasa Inggris sepanjang masa studi, yaitu enam semester.
"Semuanya mengacu kepada program Bahasa Inggris TOEFL preperation. Dan sejak angkatan 2012/2013, kami mewajibkan mahasiswa mengantongi nilai TOEFL minimal 450 saat mengajukan tugas akhir," kata Ridwan, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/11/2015).
Selain kemampuan umum berbahasa asing, kata Ridwan, mahasiswa juga wajib meningkatkan skill khusus di bidang masing-masing. Mahasiswa jurusan perpajakan di STEI, misalnya, harus mengambil sertifikasi brefet A dan B. "Mereka juga harus memiliki kompetensi ekspor impor hingga pasar modal," imbuhnya.
Ridwan menuturkan, tidak hanya hard skill, mahasiswa juga perlu meningkatkan soft skill agar mampu bersaing menghadapi MEA. Sejak tahun lalu, Ridwan pun menggembleng mahasiswanya dengan pelatihan super great memory agar mereka dapat mengoptimalkan penggunaan otak kiri dan otak kanan saat belajar.
"Saat memasuki tingkat akhir lapangan kerja, mahasiswa mengikuti berbagai program kegiatan bursa kerja antara lain pelatihan teknik wawancara dan peningkatan kepribadian, kegiatan konseling karier, pelatihan soft skill, dan rekrutmen kampus melalui bursa kerja mading dan online," paparnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Fatahillah Jakarta Agustian Burdah BSBA, MBA mengatakan, kampus yang dulu bernama Akademi Akutansi Indonesia (AAI) itu siap menyambut MEA. Dia melihat, sejak berdiri pada 1969, perjalanan STEI masih panjang, dan penuh tantangan.
"Pemberlakukan MEA juga menuntut alumni kami berperan dalam membawa nama baik dan meningkatkan citra almamater di masyarakat," ujarnya.(r12/okz)
Komentar Anda :