Israel Ambil Keuntungan Dibalik Krisis Air di Iran, Janjikan Bantuan dengan Syarat Perubahan Rezim
JAKARTA -Riau12.com -- Iran kini tengah krisis air. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah kota mengalami pemadaman air hingga 48 jam, juga disertai pemadaman listrik bergilir di tengah panas ekstrem.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi Iran itu. Selasa (12/8), Netanyahu mengirim pesan langsung kepada rakyat Iran yang tengah krisis air.
Dalam pidatonya, menyerukan perubahan rezim dan Netanyahu menjanjikan bantuan teknologi air. Namun pesan itu tentu ada kepentingan di belakangnya. Ya, Netanyahu ingin kepemimpinan Iran segera berganti.
"Haus akan air di Iran hanya tertandingi oleh haus akan kebebasan," ucapnya, sambil meletakkan kendi air di atas meja sebagai simbol pesannya. Netanyahu berjanji, Israel akan mengirim pakar terbaik di bidang daur ulang dan desalinasi air untuk memulihkan sungai, danau, dan waduk Iran.
Syarat Netanyahu, ganti pemimpin Iran. Ia juga mendorong rakyat Iran untuk berani mengambil risiko demi kebebasan, masa depan, dan keluarga, serta turun ke jalan menuntut keadilan dan melawan tirani.
Dikutip via Iran International, krisis air di Iran kian memburuk. Beberapa bendungan utama seperti Karaj, Lar, dan Taleghan mengalami penyusutan drastis dibanding tahun lalu. Presiden Masoud Pezeshkian bahkan memperingatkan, tanpa penghematan drastis, sejumlah bendungan bisa kering pada awal musim gugur.
Perang Belum Selesai
Dalam wawancara terpisah dengan i24 News, Netanyahu menyinggung serangan Israel pada Juni lalu yang menghancurkan fasilitas nuklir dan rudal balistik Iran. Ia menyebutnya sebagai langkah "bersejarah" dan bertekad mencegah Teheran membangunnya kembali.
Ketika ditanya apakah ia ingin "menyelesaikan pekerjaan" di Iran, Netanyahu menjawab, "Ya, tapi saya tak akan menjelaskan detailnya. Kami memantau ini dengan tujuh pasang mata, bersama mitra Amerika."
Mantan PM Israel, Naftali Bennett, juga mengirim pesan video kepada rakyat Iran, menyatakan bahwa “"Iran memiliki pilihan: melanjutkan perang atau memilih jalan damai dan kerja sama."
Netanyahu mengakui Iran masih memiliki 400 kilogram uranium dengan kadar pengayaan 60 persen, namun menurut dia belum cukup untuk memproduksi bom nuklir.
Diketahui, pesan Netanyahu itu muncul di tengah tuduhan internasional bahwa Israel membatasi akses air bersih di Gaza, tuduhan yang ia bantah, serta statusnya sebagai buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait dugaan kejahatan perang.(***)
Sumber: Riaupos
Komentar Anda :