www.riau12.com
Sabtu, 09-08-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Kado Terindah di HUT ke-68, Riau Raih Predikat Provinsi Layak Anak 2025 | 15:56 WIB - Wako Pekanbaru Beri Peringatan Keras Para Pejabat: Jangan Beli Jabatan, Tak Perlu Repot-repot | 15:43 WIB - Live di TVone Malam Ini, Riau Berzikir Bersama UAS Dihelat Bersempena HUT Riau di Inhu | 15:35 WIB - Hilirisasi Sawit dan Kelapa Jadi Kunci Perkuat Ekonomi Riau di Tengah Bonus Demografi | 14:55 WIB - Tol Pekabaru-Dumai Catat Trafik Tertinggi di Sumatera Selama Semester I 2025 | 14:54 WIB - Kabel Semrawut di Pekanbaru Meresahkan, Antara Estetika Kota dan Ancaman Nyawa Pengendara
 
Kasus Chikungua Tembus 10.000 di China, Bahkan KiniTelah Menyebar ke Negara Lain
Sabtu, 09-08-2025 - 12:36:59 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com- China kini menghadapi darurat kesehatan akibat lonjakan kasus Chikungunya yang sudah menembus 10.000 penderita.

Wabah ini memicu kembali suasana ala era Covid, lengkap dengan karantina, pembatasan, hingga penyemprotan massal di jalanan. Bahkan, pekan ini virus tersebut dilaporkan telah menyebar ke negara lain.

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan pada Jumat (8/8/2025) lalu mengonfirmasi kasus pertama demam Chikungunya di negara tersebut.
Pasien adalah seorang perempuan Taiwan yang baru pulang dari Foshan, pusat wabah saat ini di Provinsi Guangdong, China, pada 30 Juli 2025.

Setidaknya 12 kota lain di Guangdong juga melaporkan infeksi, dengan sekitar 3.000 kasus dalam sepekan terakhir.

Situasi ini membuat CDC Amerika Serikat mengeluarkan peringatan perjalanan Level 2 ke Provinsi Guangdong.

"Wabah di China ini sangat mengkhawatirkan. Bisa jadi virus ini sudah sampai di AS, hanya perlu satu penerbangan saja," kata Dr Louisa Messenger, peneliti nyamuk di Nevada, kepada Daily Mail, Sabtu (9/8/2025). 
Para ahli menilai risiko penyebaran global sangat besar, mengingat mobilitas penduduk yang tinggi.

Diketahui, Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes, spesies yang sama dengan penyebar demam berdarah dengue dan Zika. 

Meski jarang mematikan, penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi, nyeri sendi parah, hingga komplikasi pada jantung dan otak.

"Ini adalah wabah chikungunya terbesar yang pernah terjadi di China," sebut Roger Hewson dari Wellcome Sanger Institute di Inggris.
Sejak awal 2025, wabah Chikungunya sudah melanda berbagai negara seperti Pulau La Réunion, Mayotte, Mauritius, Madagaskar, Somalia, Kenya, India, dan kini mulai masuk Eropa. Data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) per 4 Agustus mencatat sekitar 240.000 kasus dan 90 kematian di 16 negara.

CDC AS melaporkan 46 kasus chikungunya sepanjang 2025, seluruhnya tertular di luar negeri. Sekitar 1,6 juta orang bepergian antara AS dan China setiap tahun, dan satu gigitan nyamuk dari pelancong yang terinfeksi sudah cukup memicu penularan lokal. AS sendiri pernah mengalami penularan terbatas pada 2014–2015 di Florida dan Texas.
Otoritas awalnya mewajibkan pelancong dari Foshan menjalani karantina rumah 14 hari, namun aturan itu kini dicabut. Pasien terinfeksi dirawat di rumah sakit dengan kelambu nyamuk selama setidaknya seminggu atau hingga dinyatakan negatif. 

Pemerintah juga mengerahkan drone untuk mencari tempat berkembang biak nyamuk, menyemprotkan insektisida, dan meminta warga menguras tempat penampungan air. Pelanggar aturan bisa didenda hingga 10.000 yuan (sekitar Rp 28 juta) atau diputus aliran listriknya.

Masa akut penyakit biasanya berakhir dalam 1-2 minggu, tetapi nyeri sendi dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Bayi baru lahir, lansia di atas 65 tahun, dan penderita penyakit bawaan berisiko tinggi mengalami komplikasi serius. Penularan Chikungunya tidak terjadi langsung dari orang ke orang, melainkan melalui nyamuk yang menggigit penderita lalu menularkan ke orang lain.

Hingga kini belum ada obat antivirus khusus untuk Chikungunya. Penanganan difokuskan pada istirahat, menjaga hidrasi, dan konsumsi obat pereda nyeri seperti parasetamol.

Dengan penyebaran yang cepat dan daya tahan nyamuk yang tinggi, para ahli menegaskan bahwa pengendalian vektor menjadi kunci untuk menghentikan wabah Chikungunya yang terus meluas ini.(***)

Sumber: Cakaplah 




 
Berita Lainnya :
  • Kasus Chikungua Tembus 10.000 di China, Bahkan KiniTelah Menyebar ke Negara Lain
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    9 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved