Angin Monsun Australia Tengah Bergerak ke Benua Asia, Lalu Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia? Begini Penjelasannya
JAKARTA-Riau12.com - Angin monsun Australia dilaporkan tengah bergerak menuju Benua Asia. Hal ini pertama kali disampaikan melalui unggahan akun X (sebelumnya Twitter) @zakiberkata pada Senin (30/6/2025).
Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa Benua Australia sedang mengalami musim dingin yang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2025.
"Benua Australia sedang mengalami musim dingin saat ini dan akan mencapai puncaknya di bulan Juli," tulis unggahan tersebut, dikutip Kamis (3/6/2025).
Pergerakan angin monsun dari Australia ini disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara Benua Australia (tekanan tinggi) dan Asia (tekanan rendah). Udara kering dan dingin dari selatan pun terdorong menuju utara, melewati wilayah Indonesia, yang mengakibatkan berbagai perubahan cuaca dan suhu udara.
"Indonesia ikut terdampak akibat angin monsun Australia yang kering dan dingin bergerak menuju benua Asia yang bertekanan rendah, melewati wilayah Indonesia dan berpengaruh pada penurunan suhu." jelas unggahan tersebut.
Apa Itu Angin Monsun?
Menurut jurnal Sekilas Sistem Monsun Asia-Australia (2015) oleh Sandy Hardian, istilah monsun juga dikenal sebagai munsoon atau moonsun. Secara tradisional, istilah ini merujuk pada perubahan iklim yang terjadi secara nyata mengikuti musim.
Angin monsun adalah angin yang berhembus secara periodik setidaknya selama tiga bulan, dan arah anginnya akan berbalik setiap setengah tahun. Angin ini umumnya terjadi di kawasan Samudera Hindia dan Asia, dan kemunculannya sering ditandai dengan curah hujan yang tinggi. Terdapat dua jenis utama:
- Angin monsun barat (monsun Asia): Bertiup dari Asia menuju Australia, membawa uap air dan menyebabkan musim hujan di Indonesia.
- Angin monsun timur (monsun Australia): Bertiup dari Australia ke Asia, membawa udara kering dan dingin, serta menjadi penanda musim kemarau.
Saat ini, yang sedang aktif adalah angin monsun timur. Angin monsun ini bertiup dari Benua Australia yang tengah mengalami musim dingin, lalu melintasi Indonesia menuju Asia.
Dampak Angin Monsun Australia bagi Indonesia
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), angin monsun Australia aktif dari bulan Juni hingga September dan menjadi pemicu utama musim kemarau di wilayah selatan ekuator Indonesia. Dampaknya cukup signifikan:
1. Cuaca kering dan suhu dingin
Wilayah selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami penurunan curah hujan secara drastis. Cuaca menjadi lebih kering dan malam hari terasa lebih dingin dari biasanya.
“Selain itu, suhu udara pada malam hingga dini hari bisa terasa lebih dingin dari biasanya,” ujar Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramadhani, dikutip dari Antara.
2. Angin kencang dan risiko kebakaran
Angin monsun membawa udara yang lebih kencang, terutama di pesisir selatan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan akibat cuaca yang kering berkepanjangan.
3. Gelombang laut lebih tinggi
BMKG juga memperingatkan potensi gelombang laut yang lebih tinggi di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Hal ini penting untuk diperhatikan oleh pelayaran dan para nelayan.
4. Potensi hujan lebat di beberapa wilayah
Meskipun secara umum membawa kekeringan, pada periode 2-5 Juli 2025, BMKG memprediksi akan terjadi hujan lebat di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan.
Fenomena ini disebabkan oleh anomali radiasi gelombang panjang (OLR) yang menunjukkan langit lebih banyak tertutup awan.
Pergerakan angin monsun Australia menuju Asia membawa dampak nyata bagi Indonesia. Cuaca menjadi lebih kering, suhu malam lebih dingin, dan risiko kebakaran meningkat.(***)
Sumber: Cakaplah
Komentar Anda :