Riau12.com - Pemerintah Jepang, melalui tim ahlinya, mengeluarkan peringatan penting mengenai persiapan menghadapi kemungkinan letusan Gunung Fuji.
Meskipun telah lama tidak aktif, lebih dari 300 tahun, para ahli vulkanologi tetap mengklasifikasikan Gunung Fuji sebagai gunung berapi aktif.
Pada hari Jumat, 21 Maret 2025, media NHK menyiarkan laporan dari para pakar vulkanologi dan kesiapsiagaan bencana, yang memberikan panduan dalam menghadapi letusan besar Gunung Fuji.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa abu vulkanik dari letusan Gunung Fuji dapat menyelimuti sebagian besar wilayah Tokyo, Prefektur Kanagawa, dan daerah sekitarnya, dengan ketebalan mencapai 10 sentimeter atau bahkan lebih.
Dalam laporannya, pihak vulkanologi setempat menyatakan bahwa penduduk Tokyo dan prefektur sekitarnya tidak memungkinkan untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Apabila timbunan abu di bawah 30 sentimeter, penduduk disarankan berlindung di rumah atau tempat lain.
Mereka menyarankan penduduk untuk menyetok barang kebutuhan pokok untuk dua minggu.
Letusan Gunung Fuji juga bisa menimbulkan tumpukan abu setinggi 30 sentimeter.
Sehingga para penduduk dianjurkan untuk mengungsi.
Selain itu, material abu vulkanik yang basah akibat hujan turun akan menimbulkan risiko runtuhnya rumah-rumah kayu.
Para pakar pun memprediksi bahwa akan terjadi pemadaman listrik dalam waktu lama jika benar-benar terjadi letusan.
Mereka juga meminta agar pemerintah membangun sistem penyebarluasan informasi, prakiraan sebaran abu vulkanis, dan menyiapkan jalur evakuasi untuk penduduk.
Sejarah letusan dan aktivitas Gunung Fuji
Dilansir dari Britannica, Gunung Fuji merupakan gunung tertinggi di Jepang yang menjulang hingga 3.776 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini membentang dari Prefektur Yamanashi dan Shizouka ken, sebelah barat wilayah Tokyo dan Yokohama. Meskipun terakhir kali meletus pada 1707, gunung ini masih dikategorikan aktif oleh para ahli geolagi.
Berdasarkan catatan sejarah, Gunung Fuji terbentuk pada 286 SM karena gempa bumi. Walaupun usia persisnya diperdebatkan, gunung ini diperkirakan sudah terbentuk sejak 2,6 juta tahun terakhir.
Gunung ini pertama kali meletus sejak puncaknya terbentuk terjadi sekitar 700 ribu tahun yang lalu. Cikal bakal gunung ini paling awal adalah Komitake, yang membentuk lereng utara gunung, dan Ashitaka-yama, yang terletak di tenggara gunung.
Di antara kedua puncak itu, gunung ini merupakan stratovolcano yang muncul sekitar 400 ribu tahun yang lalu.
Gunung yang ada saat ini adalah gabungan dari tiga gunung api berurutan. Di bagian bawah ada Komitake, atasnya ada Fuji Lama yang terbentuk 100 ribu tahun lalu, dan Fuji Baru adalah yang paling muda.
Fuji Baru atau Shin Fuji menunjukkan aktivitas vulkanis pertama kali sekitar 10 ribu tahun lalu. Dari letusan itu, gunung tersebut mengisi lereng pendahulunya dan menambahkan ketebalan puncak hingga kini bentuknya hampir runcing sempurna.
Selain itu, gunung ini adalah bagian dari Zona Vulkanik Fuji yakni rangkaian gunung api yang memanjang ke utara dari Kepulauan Mariana dan Kepulauan Izu. Deretan ini melewati Semenanjung Izu ke Honshu utara.
Aktivitas vulkanik Gunung Fuji diperkirakan karena didorong gerak subduksi Lempeng Pasifik di bawah Lempeng Filipina di Palung Nankai. Lempeng ini memanjang di sepanjang pantai selatan Jepang.
Selama aktif, Gunung Fuji meletus setiap hampir 500 tahun sekali dan berakhir pada Desember 1707.
Menurut catatan kala itu, letusan Gunung Fuji membuat langit pertengahan hari di Tokoyo menjadi gelap.
Akibatnya, kuil dan pemukiman di dekat gunung terkubur abu vulkanik.
Ahli geologi memperkirakan bahwa letusan Gunung Fuji kala itu dipicu gempa bumi sebesar 8,4 Magnitudo yang mengguncang kawasan tersebut 49 hari sebelumnya.
Sejak saat itu, Gunung Fuji hanya menunjukkan aktivitas vulkanik sebatas gempa bumi kecil. Salah satunya adalah gempa berskala 6,4 Magnitudo di sisi selatan gunung beberapa hari setelah Gempa Besar Sendai pada 2011 silam.
Hingga saat ini, Fuji dianggap sebagai gunung yang suci. Banyak kuil dan tempat pemujaan yang dibangun di sekitarnya.
Mendaki Gunung Fuji pun sempat menjadi ritual keagamaan, meski pada Restorasi Meiji pada 1868, wanita tidak diizinkan mendaki.
Setiap tahunnya, kini ratusan ribu perizarah dan pendaki umumnya mendaki terutama pada musimnya dari tanggal 1 Juli hingga 26 Agustus.(***)
Sumber: Tribunpekanbaru
Komentar Anda :