AMERIKA-Riau12.com- Tabrakan maut pesawat PSA Air dan helikopter Black Hawk yang terjadi pada Rabu (29/1/2025) waktu setempat di atas Sungai Potomac, dekat Bandara Nasional Ronald Reagan menewaskan 67 orang. Tidak ada yang selamat dari peristiwa tragis itu.
Seluruh korban yang tewas adalah penumpang, awak pesawat, dan tentara yang berada di helikopter Black Hawk. Dikutip AP, Jumat (31/1/2025), peristiwa tabrakan itu diyakini sebagai tragedi penerbangan terbesar dalam hampir 25 tahun terakhir terjadi di Amerika Serikat.
Hingga berita ini diturunkan nama-nama korban tewas belum dirilis. Hanya saja diyakini sebagian besar adalah warga Wichita, Kansas, rute asal penerbangan PSA Air. Saat ini, tim penyelamat masih bekerja keras menemukan seluruh penummpang yang tewas. Namun harapan untuk menemukan seluruh korban selamat sirna seiring waktu.
Setidaknya 28 jasad telah ditemukan, sementara puing-puing pesawat dan helikopter ditemukan dalam keadaan hancur di perairan dangkal.
John Donnelly, kepala pemadam kebakaran Washington, D.C., mengatakan bahwa operasi penyelamatan telah berubah menjadi operasi pencarian korban. "Kami sudah sampai pada tahap di mana tidak ada lagi yang bisa diselamatkan," ujarnya dengan nada sedih.
Di saat yang sama langkah penyelidikan sudah dimulai terkait tabrakan maut antara pesawat PSA Air dan helikopter Black Hawk. Laporan awal dari Federal Aviation Administration (FAA) menunjukkan bahwa hanya ada satu petugas lalu lintas udara yang mengatur lalu lintas helikopter serta pesawat yang datang dan pergi dari bandara saat kejadian. Padahal, biasanya tugas ini dibagi antara dua orang.
Petugas lalu lintas udara sempat memberikan instruksi kepada helikopter sebelum tabrakan. Namun, hanya beberapa detik setelahnya, pesawat dan helikopter bertabrakan di udara.
Ketua National Transportation Safety Board (NTSB), Jennifer Homendy, mengatakan mereka saat ini masih mencari rekaman data penerbangan yang tenggelam di sungai. "Kami belum bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Investigasi seperti ini bisa memakan waktu berbulan-bulan," ujar Homendy.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah memberikan pernyataan setelah insiden ini, mengajak masyarakat untuk mengheningkan cipta bagi para korban. Namun, ia kemudian mengkritik kebijakan pemerintahan sebelumnya, menyalahkan keberagaman dalam rekrutmen petugas FAA tanpa bukti yang jelas.
Donald Trump mengeklaim bahwa FAA telah merekrut pekerja dengan “gangguan intelektual dan kejiwaan” dalam program keberagaman dan inklusi sehingga menyebabkan tabrakan mau antara PSA Air dengan helikopter Black Hawk. Pernyataan ini menuai kecaman karena tidak didasarkan pada fakta dan dianggap tidak menghormati para korban yang masih dalam proses evakuasi.(***)
Sumber: Cakaplah
Komentar Anda :