INDEF Sebut Kebijakan Proteksionisme Trump Berpotensi Picu Perlambatan Ekonomi Dunia
Riau12.com- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang baru saja terpilih kembali pada Pilpres AS 2024, berpotensi memicu perlambatan ekonomi dunia.
Salah satu kebijakan utama Trump adalah menaikkan tarif impor yang tinggi terhadap Tiongkok, yang semakin menekan perdagangan internasional.
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menilai kebijakan proteksionisme yang diterapkan Trump dapat mengurangi arus investasi lintas negara, yang akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia.
Trump juga diperkirakan akan memulai perang dagang baru yang dapat mengganggu rantai pasok global, memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, dan menciptakan ketidakpastian pasar.
“Proteksionisme cenderung menurunkan volume perdagangan global. Ketika ekonomi global melambat, semua indikator akan terdampak, termasuk nilai tukar dan optimisme pelaku ekonomi,” ujar Eko dalam diskusi daring yang digelar di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Amerika Serikat diprediksi akan mengalami inflasi sebagai dampak dari kenaikan tarif impor. Sementara itu, pemerintah Tiongkok diperkirakan akan mencari pasar ekspor baru di kawasan lain untuk menggantikan pasar AS.
Meski demikian, dampak langsung terhadap Indonesia diperkirakan masih kecil, mengingat Indonesia belum dianggap sebagai mitra strategis utama AS. Porsi perdagangan Indonesia dengan AS memang berada di peringkat kedua setelah Tiongkok, namun Indonesia tetap harus mengantisipasi potensi pengalihan produk Tiongkok ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Produk-produk Tiongkok yang tidak bisa masuk ke AS kemungkinan akan membanjiri Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ini menjadi tantangan untuk memperkuat ekonomi domestik agar tetap kompetitif,” ujar Eko.
Meski menghadapi potensi tantangan, Eko Listiyanto tetap optimis bahwa dampak tersebut bisa diminimalisir dengan memperkuat ekonomi domestik Indonesia. Pada perang dagang pertama antara AS dan Tiongkok, Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%, meskipun ada ketidakpastian global.
Eko juga menekankan Indonesia memiliki peluang besar di sektor investasi, terutama karena kondisi perang dagang akan mendorong investor asing mencari alternatif negara tujuan investasi selain Tiongkok. Negara-negara seperti Korea Selatan kini mulai mengalihkan investasi mereka ke negara lain, termasuk Vietnam, yang dapat membuka peluang bagi Indonesia.(***)
Sumber: Cakaplah
Komentar Anda :