Mpox Kembali Mewabah, Pakar Beri 5 Cara Lakukan Pencegahan sejak Dini
Sabtu, 17-08-2024 - 07:48:07 WIB
Riau12.com- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa kenaikan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo dan perkembangan kasus di beberapa negara Afrika dinyatakan sebagai Kedarurakan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan dunia.
Istilah ini juga lebih dikenal sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Sesuai aturan yang tercantum dalam International Health Regulations (IHR) maka pernyataan PHEIC oleh Direktur Jenderal WHO berdasar pada rekomendasi IHR Emergency Committee.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan IHR Emergency Committee adalah suatu komite independen yang biasa dibentuk WHO kalau ada masalah penyakit menular yang mungkin mewabah.
"Saya sendiri pernah menjadi anggota komite seperti ini untuk penyakit MERS CoV beberapa tahun lalu. Nah, untuk Mpox ini maka Emmergency Committeenya menyebutkan juga bahwa ada potensi (tentu belum pasti) bahwa Mpox ini juga mungkin saja menyebar ke luar benua Afrika, yang artinya juga mungkin saja ke Asia," kata Prof Tjandra, Jumat (16/8/2024).
Dalam pernyataan PHEIC, maka ada upaya internasional yang terkoordinasi untuk mencegah penyebaran kasus. Salah satunya tentang vaksinasi. Saat ini ada dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh WHO’s Strategic Advisory Group of Experts on Immunization dan juga sudah disetujui dan tercakup dalam WHO-listed national regulatory authorities.
Peningkatan kasus kembali di beberapa negara disebabkan clade 1b yang memang lebih ganas dari clade 2 yang dulu banyak dikenal. Seperti diketahui bahwa Mpox ini pernah dikategorikan sebagai PHEIC dan lalu dicabut karena terkendali, tetapi kini mewabah lagi.
Sehubungan dengan pernyataan PHEIC ini maka banyak pihak yang mempertanyakan apakah kita perlu menutup kedatangan dari negara-negara yang kini sedang terjangkit.
"Kalau ada penyakit apapun yang jadi darurat internasional maka yang negara-negara lakukan bukanlah utamanya menutup perbatasan, tapi memperkuat sistem pengendalian di dalam negerinya. Sudah terbukti waktu Covid-19 bahwa menutup perbatasan tidak menghambat Covid mendunia," katanya.
"Belum lagi kalau yang ditutup negara A sampai F misalnya, bagaimana menjamin bahwa di negara G sampai L misalnya belum ada kasus, kan tidak mungkin juga menutup perbatasan dari seluruh dunia. Juga, kalau dicek suhu orang di bandara kita misalnya, kalau tidak panas kan belum tentu dia tidak sakit, bisa saja masih dalam masa inkubasi. Nanti sudah sampai negara kita beberapa hari baru panasnya timbul dan penyakitnya sudah terlanjur menulari sekitarnya," tuturnya. (***)
Sumber: Cakaplah
Komentar Anda :