Riau12.com-PEKANBARU – Kondisi ujung Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di sekitar kawasan Parit Belanda, Kota Pekanbaru, kini semakin semrawut. Puluhan pedagang kaki lima (PKL) dibiarkan bebas menguasai badan jalan, berdagang di atas kendaraan, mendirikan stand semi permanen, hingga membangun lapak dari kayu beratap terpal. Aktivitas mereka tak hanya mengganggu arus lalu lintas, tapi juga menciptakan tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalur tersebut.
Alih-alih ditertibkan, para pedagang terus bertambah setiap harinya. Pemerintah Kota Pekanbaru seakan menutup mata terhadap kondisi ini, membiarkan ruang publik yang semestinya steril dari aktivitas niaga berubah menjadi pasar liar.
Pantauan GoRiau.com di lapangan, puluhan kendaraan parkir sembarangan di sisi jalan. Beberapa bahkan memakan lebih dari separuh badan jalan, memperparah kemacetan, terutama pada jam-jam sibuk. Jalan yang mestinya menjadi jalur utama penghubung kota, kini berubah menjadi titik kemacetan baru.
“Saya lihat ini jadi peluang buat jualan,” ujar Andi, salah satu pedagang yang mengaku berjualan minuman dan gorengan di lokasi itu sejak beberapa bulan terakhir. Meski memahami aktivitasnya memakan badan jalan, ia tetap berharap tidak langsung digusur tanpa solusi. “Kami juga siap pindah asal ada tempat yang disediakan,” ujarnya.
Sikap permisif seperti inilah yang semakin membenarkan ketidaktegasan pemerintah. Para pedagang tahu aktivitas mereka melanggar aturan, namun tetap berjualan karena tidak ada penertiban nyata.
Kondisi ini bahkan mendapat dukungan sebagian warga. Rina, karyawan swasta yang kerap membeli jajanan di lokasi tersebut menyebut keberadaan PKL memudahkan kebutuhan rumah tangganya. “Saya kerja di Pekanbaru dan balik ke Rumbai. Hitung-hitung bisa beli makanan di jalan,” katanya.
Namun tidak semua warga bersikap lunak. Dodi, pengguna jalan lainnya, mengaku jengkel dengan situasi yang semakin tak terkendali. “Macetnya makin parah, apalagi sore. Belum lagi sampah berserakan di mana-mana,” keluhnya.
Masalah sampah memang menjadi persoalan pelik. Dari pantauan GoRiau.com, berbagai jenis sampah plastik tampak berserakan tanpa penanganan. Beberapa pedagang mengaku tak tahu harus membuangnya ke mana karena tidak tersedia tempat sampah. Ironisnya, sebagian memilih membakar sampah tersebut, menambah potensi pencemaran udara.
Sayangnya, hingga saat ini belum terlihat langkah konkret dari Satpol PP maupun Dinas Perdagangan dan Kebersihan Kota Pekanbaru. Ketika pasar liar tumbuh tanpa kendali dan sampah semakin menggunung, yang menjadi korban adalah masyarakat luas—pengguna jalan, lingkungan, dan citra kota itu sendiri.(***)
Sumber: Goriau
Komentar Anda :