Riau12.com-JAKARTA - Kepala Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono memperingatkan keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Megathrust merupakan daerah pertemuan lempeng tektonik yang dapat menyebabkan gempa besar dan tsunami kuat.
Dikutip dari Inews.id, menurut Daryono, megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hanya tinggal menunggu waktu. Sebab, kedua wilayah itu sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
"Dikatakan tinggal menunggu waktu disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua. Sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi," ujar Daryono, baru-baru ini.
Daryono menyebutkan ada 13 segmen megathrust yang mengelilingi Indonesia. Berdasarkan peta sumber dan bahaya gempa Indonesia BMKG, ada sekitar 13 di Indonesia yang berpotensi terdampak gempa megathrust, yakni:
1. Megathrust Mentawai-Pagai, potensi gempa magnitudo (M) 8,9
2. Megathrust Enggano, potensi gempa M 8,4
3. Megathrust Selat Sunda, potensi gempa M 8,7
4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah, potensi gempa M 8,7
5. Megathrust Jawa Timur, potensi gempa M 8,7
6. Megathrust Sumba, potensi gempa M 8,5
7. Megathrust Aceh-Andaman, potensi gempa M 9,2
8. Megathrust Nias-Simeulue, potensi gempa M 8,7
9. Megathrust Batu, potensi gempa M 7,8
10. Megathrust Mentawai-Siberut, potensi gempa M 8,9
11. Megathrust Sulawesi Utara, potensi gempa M 8,5
12. Megathrust Filipina, potensi gempa M 8,2
13. Megathrust Papua, potensi gempa M 8,7.
Picu Gempa Besar
Publikasi megathrust Jawa disebut dapat memicu gempa besar. Bahkan, gempa itu dapat menimbulkan tsunami setinggi 12-20 meter yang melanda bagian selatan Jawa.
"Publikasi megathrust Jawa dapat memicu gempa sebesar M 8,8-9,1 yang dapat membuat tsunami setinggi 12-20 meter yang melanda bagian selatan Jawa adalah simulasi/pemodelan dengan skenario terburuk berdasarkan asumsi, bukan prediksi," kata Independent Geologist, Awang Satyana, dalam webinar bertajuk 'Waspada Gempa Megathrust', Selasa (20/8/2024).
Para peneliti mengasumsikan gempa M 8,8-9.1 berdasarkan defisit slip pengukuran GPS di darat yang diekstrapolasi ke area interplate megathrust di forearc. "Diakui ini over simplifikasi sebab relasi deficit slip GPS dan slip seismik kompleks," ujarnya.
Selain itu, data Selat Sunda dan selatan Jawa sangat kurang dibandingkan data Barat Sumatera untuk analisis dan interpretasi kegempaan megathrust.
"Kerena itu pemodelan gempa megathrust di barat Sumatera berbeda tingkat validasinya untuk Selat Sunda dan selatan Jawa," tuturnya.
Pemodelan gempa megathrust, kata Awang, di sebelah barat Sumatera jauh lebih valid dibandingkan di selatan Jawa.
"Jadi kalau misalkan 8,7 dipotensialkan akan terjadi segitu. Akurasi analisisnya jauh lebih tinggi di barat Sumatera dibandingkan di selatan Jawa, karena kurang data. Akibatnya walau pun di plot M 8,7-8,8 dalam pendapat saya itu sulit terjadi," ujarnya.(***)
Sumber: Goriau
Komentar Anda :