Riau12.com-PEKANBARU – “Jangan lukai semangat juang anak-anak kami,” ujar Ahmad Marcos, pelatih senam Riau, saat menanggapi keputusan Gubernur Riau Abdul Wahid yang memberikan uang tunai dan bantuan pendidikan kepada Rayyan Arkhan Dikha, penari anak Pacu Jalur yang viral di media sosial. Pernyataan itu mewakili kekecewaan mendalam dari kalangan atlet dan pelatih olahraga Riau yang hingga kini belum menerima bonus atas prestasi mereka di PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Menurut Marcos, perhatian berlebih pemerintah terhadap hal-hal viral berpotensi menyakiti perasaan para atlet yang telah berjuang dalam keras dalam mengharumkan nama Lancang Kuning pada perhelatan tersebut.
"Ini bukan soal iri atau tidak suka anak itu dapat bantuan. Tapi mohon, jangan seolah-olah kami yang bertahun-tahun membina atlet, bertanding, bahkan mempersembahkan gelar juara umum untuk Riau, seperti tidak dianggap," kata Marcos kepada GoRiau.com, Kamis (10/7/2025).
Rayyan, yang dikenal luas lewat ekspresi uniknya dalam tradisi Pacu Jalur, menerima dana pendidikan sebesar Rp20 juta dari Pemprov Riau. Pemberian itu dilakukan secara simbolis dan disambut antusias oleh publik. Namun di sisi lain, para atlet peraih medali untuk Riau merasa terabaikan karena bonus yang dijanjikan belum juga dibayarkan.
Trio atlet senam Riau, Agung Suci Tantiyo Akbar, Abiyyu Rafi, dan M Aprizal turut menyuarakan kekecewaannya. Mereka mempertanyakan komitmen Pemprov terhadap atlet yang telah membawa nama Riau ke pentas nasional.
"Kami kecewa luar biasa dengan aksi bagi uang Pak Gubernur kepada anak penari Pacu Jalur. Apa karena dia viral? Bonus PON kami ke mana, Pak Gubernur?" tanya Agung.
Abiyyu juga menyoroti alasan Pemprov soal defisit anggaran, yang menurutnya tak relevan dengan realisasi anggaran 2024.
"PON XXI digelar tahun 2024. Pastilah sudah dianggarkan sebelumnya. Defisit kan baru 2025. Jadi alasan itu nggak nyambung. Tapi untuk sesuatu yang viral, anggarannya ada," ujarnya.
Menurut Marcos, bonus atlet telah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) dan seharusnya menjadi prioritas dalam alokasi APBD 2024 lalu. Ia meminta pemerintah terbuka soal kendala jika memang ada.
"Kalau memang ada kendala anggaran, bicarakan secara terbuka. Jangan ketika ada yang viral langsung ada uang. Ini soal rasa keadilan," tegasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa perhatian yang hanya diberikan pada hal-hal yang viral akan berdampak buruk bagi semangat pembinaan atlet muda Riau ke depan.
“Kami melatih bukan sekadar untuk menang, tapi membentuk karakter dan dedikasi. Kalau kerja keras mereka tidak dihargai, maka semangat itu bisa mati perlahan,” tambah Marcos.
Ia berharap Pemerintah Provinsi Riau segera memberikan kejelasan dan menepati janji bonus kepada para atlet dan pelatih. “Ini bukan semata soal uang, tapi soal kepercayaan, soal janji yang belum ditepati, dan soal keadilan bagi mereka yang sudah berjuang untuk nama Riau,” tuturnya. (***)
Sumber: Goriau
Komentar Anda :