Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis di Tengah Ancaman Konflik Global
Sabtu, 21-06-2025 - 10:20:58 WIB
Riau12.com-JAKARTA – Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar AS di tengah harapan tercapainya kesepakatan diplomatik antara Iran, Amerika Serikat, dan Israel dalam dua pekan ke depan.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebutkan bahwa sentimen positif muncul dari ekspektasi meredanya ketegangan geopolitik yang selama ini membebani pasar global.
"Rupiah menguat tipis terhadap dolar AS oleh harapan terjadinya kesepakatan antara Iran-AS dan Israel dalam dua pekan ke depan," ujarnya di Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Meski menguat, rupiah tetap ditutup melemah sebesar 9 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp16.397 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya yang berada di Rp16.406 per dolar AS. Sementara itu, kurs JISDOR Bank Indonesia juga melemah ke level Rp16.399 dari sebelumnya Rp16.378 per dolar AS.
Dari sisi geopolitik, laporan media mengungkap bahwa Presiden AS, Donald Trump, menolak klaim dirinya telah menyetujui rencana serangan bersama Israel terhadap Iran. Trump disebut menunda keputusan, sambil menunggu sikap Iran terkait program nuklir di Fordo.
Dalam dua pekan ke depan, Trump berjanji akan menentukan sikap apakah akan mengizinkan keterlibatan militer AS atau tetap mengambil jalur diplomasi. Hal ini memicu perhatian luas, termasuk dari sejumlah tokoh konservatif seperti Tucker Carlson dan Senator Rand Paul yang memperingatkan risiko keterlibatan militer AS dalam konflik asing.
Di sisi lain, tokoh Partai Republik lainnya seperti Senator Ted Cruz dan Lindsey Graham justru mendorong pendekatan militer. Gedung Putih sendiri menegaskan komitmennya untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, meskipun Iran membantah tuduhan tersebut.
Pertemuan diplomatik juga tengah diupayakan. Menteri luar negeri dari Jerman, Prancis, dan Inggris dijadwalkan bertemu dengan Menlu Iran Abbas Araghchi di Jenewa untuk mencari solusi damai.
Lukman menambahkan bahwa penguatan rupiah masih bersifat terbatas. "Saya melihat investor masih cenderung menghindari aset berisiko di tengah ketidakpastian geopolitik dan tarif. Selain itu, keputusan BI yang menahan suku bunga juga mengecewakan investor," jelasnya.(***)
Sumber: Goriau
Komentar Anda :