Musafir di Dunia: Pesan Rasulullah agar Tak Terlena oleh Gemerlap Dunia Sabtu, 04/10/2025 | 14:34
Riau12.com-PEKANBARU — Pesona dunia kerap kali menipu pandangan manusia. Keindahan, harta, dan jabatan membuat seseorang lupa akan hakikat hidupnya: menjadi hamba Allah SWT yang beribadah dan beramal saleh. Padahal, Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau belaka. (QS Muhammad [47]: 36).
Rasulullah SAW pun terus menasihati umatnya agar menjadikan dunia sebagai ladang berbekal menuju akhirat. “Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa kepada Allah SWT.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Sahabat Nabi, Ibnu Umar RA, bahkan menuturkan sebuah wasiat agung yang diterimanya dari Rasulullah SAW,
“Jika kamu berada di waktu sore, janganlah menunggu waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR Bukhari).
Pesan ini mengajarkan agar setiap detik kehidupan digunakan sebaik mungkin untuk beramal, karena waktu yang berlalu tidak akan kembali. Seorang Mukmin sejati memahami bahwa dirinya hanyalah musafir seorang pengembara yang singgah sementara di dunia sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju kehidupan abadi di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda,
“Keberadaanku di dunia hanyalah seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR Tirmidzi).
Pandangan ini menumbuhkan kesadaran untuk tidak terikat oleh gemerlap dunia. Hati seorang hamba yang memahami hakikat ini tidak akan tertipu oleh kenikmatan sesaat, sebab tujuannya bukan di sini, melainkan di sisi Allah kelak.
Karena itu, setiap Mukmin wajib bersegera melakukan amal saleh selagi mampu. Sebab ketika ajal datang, tidak ada kesempatan kedua. Penyesalan yang muncul di akhir hayat tak lagi berguna, sebagaimana firman Allah SWT:
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding hingga hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun [23]: 99–100).
Kehidupan dunia hanyalah kesempatan singkat untuk menanam amal. Maka, siapa pun yang ingin menuai kebahagiaan di akhirat, hendaklah menjadikan dunia ini ladang berbekal, bukan tempat bersandar.