Viral Gerakan Kibarkan Bendera One Piece, DPR RI Imbau Waspadai Upaya Provokasi Senin, 04/08/2025 | 15:53
Riau12.com-JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menanggapi santai penggunaan bendera bajak laut ikonik dari manga One Piece, yang mulai ramai dikibarkan menjelang perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia. Meski menyebut tidak mempermasalahkan simbol tersebut, Dasco mengingatkan potensi gerakan ini bisa memicu perpecahan.
"Benderanya itu kan banyak yang suka, banyak yang menyenangi. Itu benderanya yang ada," ujar Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (4/8/2025).
Namun, ia mengakui bahwa sebagian pihak bisa menggunakan simbol tersebut untuk tujuan provokatif. "Apa yang kami sampaikan kemarin adalah bendera itu digunakan oleh sebagian pihak untuk kemudian melakukan hal-hal yang menurut kita itu bisa memecah belah bangsa kita," katanya.
Dasco menyebut pihaknya menerima masukan dari lembaga intelijen mengenai adanya potensi upaya sistematis memanfaatkan simbol budaya pop tersebut untuk merusak persatuan. "Kami juga mendapat masukan dari lembaga pengamanan, memang ada upaya memecah belah persatuan bangsa," jelasnya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tetap bersatu dan tidak terjebak dalam simbol-simbol yang berpotensi memecah belah. "Mari bersatu, kita harus bersama melawan hal-hal seperti itu," ujarnya.
Kontroversi bermula dari ajakan di media sosial untuk mengibarkan bendera jolly roger milik kru Topi Jerami, tokoh utama dalam serial One Piece, alih-alih bendera Merah Putih seperti yang diinstruksikan Presiden Prabowo Subianto.
Gerakan yang menyebar di TikTok dan Instagram ini membawa narasi perlawanan terhadap ketidakadilan, meniru cerita dalam anime tersebut. Seruan "Darurat Tenryubito" yang digunakan di media sosial merujuk pada karakter antagonis One Piece, yakni kaum elite penindas rakyat kecil.
Sejumlah warga mengaku terinspirasi gerakan ini. Salah satunya Riki Hidayat, warga Kebayoran, Jakarta Selatan. Ia mengaku akan mengibarkan bendera jolly roger tahun ini, bukan Merah Putih. "Itu tanda berkabung, soalnya pemerintah kita semakin jauh dari asas demokrasi," katanya.
Riki menyebut sudah tiga tahun terakhir memasang bendera setengah tiang saat Hari Kemerdekaan sebagai bentuk kritik. Tahun ini, ia memilih simbol One Piece karena merasa terhubung dengan pesan perjuangan rakyat dalam cerita tersebut.
"Tidak apa-apa deh, paling dikira wibu sama orang lain," ujar Riki.
Fenomena ini menyoroti bagaimana budaya populer bisa menjadi medium ekspresi politik dan kritik sosial. Pemerintah diminta waspada tanpa membatasi ruang ekspresi warga yang menuntut keadilan.(***)