Kematian Juliana Marins Terlalu Didramatisir, Ali Musthofa Beberkan Fakta Kejadian Sebenarnya Sabtu, 05/07/2025 | 15:41
Riau12.com- Terlalu berlebihan, kematian Juliana Marins pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani makin didramatisir.
Hal itu yang menjadikan cerita kematian Juliana Marins seakan-akan sudah jauh dari konteksnya. Parahnya netizen malah menjadikan kematian Juliana Marins sebagai ajang mengintimidasi dan memojokkan.
Salah satu sosok yang terkena imbas yakni Ali MUsthofa. Guide yang mendampingi Juliana Marins dan teman-temannya kala melakukan pendakian.
Dan Ali mengaku sudah jengah dengan tuduhan yang diarahkan kepadanya. Ali kemudian memberkan bagaimana fakta sebenarnya yang terjadi
Ya, 'Drama' di balik kematian pendaki asal Brasil Juliana Marins (26), masih terus berlanjut.
Terbaru, Ali Musthofa guide alias pemandu Juliana Marins saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB, menjadi sasaran kemarahan warganet.
Ia menjadi orang yang disalahkan atas kematian Juliana Marins.
Ali geram lantaran merasa dipojokkan dalam kasus ini.
Dia menuding, orang-orang yang menuduhnya tidak mengetahui kronologi sebenarnya.
“Banyak yang gak tahu kronologinya dan asal angkat bicara."
"Saya lihat komen-komen ada yang menyalahkan saya," katanya, dikutip dari TribunLombok.com, Sabtu (5/7/2025).
Kronologi kejadian versi Ali
Ali membeberkan kronologi awal pertama kali bertemu Juliana Marins hingga berujung insiden tragis.
Semua bermula ketika Ali menjemput Juliana Marins beserta rombongan lainnya pada Kamis (19/6/2025) malam.
Total ada 6 orang termasuk korban yang berencana melakukan pendakian.
“Kita jemput di penginapan," jelasnya singat.
Ali melanjutkan, satu hari sebelum pendakian, dirinya sudah memberikan briefing kepada rombongan Juliana Marins.
Mereka diberi pengetahuan terkait rute hingga medan di Gunung Rinjani.
Ali juga memastikan, Juliana Marins dalam kondisi sehat sebelum mendaki.
Korban sudah menjalani medical cek up.
Singat cerita, pendakian dimulai pada Jumat (20/6/2025) pukul 07.00 Wita.
Rombongan berangkat dari penginapan menuju pos registrasi di Resort Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB.
Ali mengaku perjalanan dari Jumat pagi hingga Sabtu berjalan sebagaimana mestinya.
Kejadian nahas terjadi ketika rombongan dalam perjalan menuju puncak Gunung Rinjani.
Lokasi persisnya di kawasan Cemara Nunggal.
Juliana Marins yang posisinya paling belakang tiba-tiba menghilang.
Ia baru menyadari korban jatuh lewat sorotan senter yang dibawa korban.
“Kejadiannya pada sabtu pagi, saya taruh tas dan mencari dia dan lihat posisi senter di tebing,” aku Ali.
Juliana Marins diketahui terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter.
Posisinya sempat terekam drone milik pendaki lain.
Juliana Marins ketika itu masih bisa bergerak dan berteriak minta tolong.
Sayangnya takdir berkata lain, ia dinyatakan meninggal dunia.
Jenazah Juliana Marins berhasil divakuasi petugas Rabu (25/6/2025) malam, yang kini telah diterbangkan ke negara asalnya.
Berujung berurusan dengan polisi
Buntut tewasnya Juliana Marins, membuat Ali harus berurusan dengan polisi.
Ia dipanggil Polres Lombok Timur guna dimintai keterangan.
Belum bisa memastikan akankah ada tersangka dalam kasus ini.
“Masih dalam tahap pemeriksaan untuk mengumpulkan keterangan saksi,” ucap Kapolres Lombok Timur, AKBP I Komang Sarjana, dikutip dari TribunLombok.com.
Selain Ali, ada warga negara asing turut dimintai keterangan.
AKBP Komang juga membuka peluang akan memanggil pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR).
“Masih dalami dulu kita liat pemeriksaan awal dari porter guide dan warga negara asing, kalau ada keterangan mengarah kita akan dalami,” tandasnya.
Ali kena blacklist sementara waktu
Pemandu atau guide yang mengantar pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ke Gunung Rinjani terkena blacklist untuk sementara waktu.
Jadi, untuk sementara, pemandu wisata itu tidak diperkenankan mengantar pendaki ke puncak tertinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut.
Guide itu masuk daftar hitam setelah Juliana yang jatuh di jurang Cemara Nunggal Gunung Rinjani.
"Iya, kalau blacklist untuk sementara sambil proses berjalan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Yarman, setelah menghadiri acara Bincang Kamisan di Kantor Pemprov NTB, Kamis (3/7/2025), dilansir Kompas.com.
Yarman mengatakan pihaknya belum memutuskan berapa lama sanksi blacklist pada guide tersebut diberlakukan.
Saat ini diketahui ada sebanyak 661 guide yang ada di Rinjani dan baru 50 persen yang memiliki lisensi.
Yarman belum bisa memastikan apakah pemandu Juliana itu memiliki lisensi, jadi dia akan mengeceknya terlebih dahulu.
"Separuh sudah dapat lisensi, tapi dalam proses ke depan kita sudah persiapkan bersama-sama dengan teman-teman dari Dinas Pariwisata untuk proses lisensi," kata Yarman.
Pemakaman Dihadiri Ibu Negara
Ibu Negara Brasil Janja da Silva didampingi Menteri Kesetaraan Ras Anielle Franco menghadiri pemakaman Juliana Marins (26) pada Jumat (4/7/2025) sore.
Pemakaman dilakukan di Parque da Colina de Pendotiba, Niterói, kota tempat tinggal wanita muda tersebut.
Juliana meninggal setelah terjatuh saat mendaki gunung Rinjani, Lombok, NTB, pada Sabtu 21 Juni lalu.
Keluarga memutuskan jenazahnya tidak akan dikremasi, seperti yang direncanakan sebelumnya, tetapi langsung dikuburkan.
"Kami ingin kremasi tetapi hakim telah memutuskan untuk menguburkannya, jika penggalian jenazah diperlukan. Pagi ini, Kantor Pembela Umum memberi tahu kami bahwa mereka berhasil membatalkan keputusan tersebut, tetapi kami memilih untuk tetap menguburkannya," kata Manoel Marins ayah Juliana Marins.
Ia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Brazil yang menghadiri pemakaman.
"Kami tidak bisa mendapatkan dukungan dari semua orang. Kami baru akan mendapatkan dukungan setelah otopsi kedua (dilakukan di Brasil, yang laporannya belum dirilis). Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pers yang meliput kasus ini, sehingga isu ini menyebar ke seluruh Brasil," ujarnya.
Antrean panjang orang-orang menghadiri pemakaman dari kerabat, teman, dan masyarakat umum yang menyaksikan tragedi tersebut.
"Saya di sini untuk menunjukkan kepada keluarga dan teman (Juliana) bahwa Brasil bersama mereka saat ini," kata Ana Paula, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Niterói.
Pemerintah Kota Niterói memberikan penghormatan kepada Juliana Marins dengan menamai sebuah jalan di Praia do Sossego dengan namanya.
Menurut keluarga Juliana Marins, ini adalah tempat favoritnya di kota Rio de Janeiro.
"Kami mengikuti seluruh perjuangan untuk menyelamatkan Juliana. Kasus ini menggemparkan seluruh kota," kata Rodrigo Neves, Wali Kota Niterói.
Tuntutan Hukum
Jenazah Juliana tiba di Brasil pada Selasa 1 Juli 2025 setelah penerbangan dari Bali.
Jenazahnya diautopsi ulang oleh di Brasil sehari kemudian.
Hasil autopsi diperkirakan memakan waktu tujuh hari.
Autopsi pertama sebenarnya telah dilakukan di RS Bali Indonesia.
Hasilnya menunjukkan bahwa wanita muda itu bertahan hidup hingga 20 menit setelah trauma.
Pihak keluarga tak puas dengan hasil autopsi itu lalu meminta autopsi kedua di Brasil.
Kemungkinan tindakan hukum
Pihak keluarga masih mempertimbangkan kemungkinan mengajukan gugatan hukum.
Manoel Marins mengatakan ia menunggu hasil autopsi untuk selanjutnya mengambil langkah hukum.
“Ini adalah kasus ketidaksiapan, pengabaian terhadap kehidupan manusia, kelalaian dan ketidakpastian layanan di negara tersebut,” katanya.(***)