Bukan Cuma Garis Pantai, Riau Harus Jadi Poros Ekonomi Laut Rabu, 04/06/2025 | 09:43
Riau12.com-PEKANBARU – Gagasan pengembangan ekonomi berbasis maritim di Provinsi Riau kembali mencuat setelah pengamat dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, mendesak pemerintah daerah agar tidak lagi mengabaikan potensi laut Riau.
“Riau jangan hanya jadi garis pantai. Kita punya kekuatan besar dari sektor maritim, tapi belum dimanfaatkan secara sistemik dan berkelanjutan,” ujar Capt. Hakeng, Senin (3/6/2025).
Ia mengungkapkan, warisan pemikiran Brigjen TNI (Purn) Saleh Djasit saat menjabat Gubernur Riau 1998–2003 patut dihidupkan kembali. Saleh Djasit pernah mencetuskan Visi Riau 2020 yang menjadikan laut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
“Visi itu progresif dan visioner. Selat Lalang bahkan dirancang sebagai simpul konektivitas regional dengan konsep Integrated Maritime Economy,” jelasnya.
Menurut Capt. Hakeng, visi tersebut menyatukan pelabuhan, kawasan industri, dan jalur distribusi dalam sistem logistik laut terpadu. Wilayah pesisir seperti Dumai, Bengkalis, Siak, Pelalawan, hingga Indragiri Hulu disiapkan sebagai simpul ekonomi saling terhubung.
Saleh Djasit kala itu bahkan melibatkan konsultan asing dan perusahaan besar seperti Caltex Pacific Indonesia (CPI) untuk menyusun rencana berbasis sains dan data. Tak main-main, lebih dari satu juta dolar AS diinvestasikan untuk studi kelayakan.
Namun sayangnya, proyek itu berhenti seiring berakhirnya masa jabatan sang gubernur. Ketiadaan policy legacy yang kuat membuat rencana tersebut tak berlanjut.
“Ketika kebijakan bergantung pada figur dan bukan sistem, maka pembangunan jadi rapuh,” urainya.
Saat ini, momentum baru muncul melalui kehadiran Gubernur Riau terpilih, H. Abdul Wahid, MSi. Capt. Hakeng berharap figur muda ini dapat mengangkat kembali visi maritim yang sempat tertunda.
“Riau bisa kembangkan Riau Maritime Corridor, konsep yang lebih mutakhir dari Visi Riau 2020. Kita bicara tentang ekonomi biru, pelabuhan hijau, dan adaptasi iklim,” tegasnya.
Menurutnya, pembangunan pelabuhan di Buruk Bakul serta penguatan kawasan pesisir adalah langkah awal strategis. Ia menekankan pentingnya pendekatan Port Connectivity and Integrated Maritime Development dalam menyusun infrastruktur.
Pelabuhan Dumai, Tanjung Buton, Pelabuhan RAPP Futong, dan Kuala Enok dinilai harus diintegrasikan dalam satu ekosistem logistik laut. Dengan dukungan regulasi, perencanaan spasial berbasis kajian kelautan, serta sinergi lintas sektor, Riau bisa menjadi simpul logistik nasional bahkan Asia Tenggara.
“Laut adalah masa depan. Kita punya semua modal—tinggal kemauan politik dan komitmen kolektif,” ungkapnya.
Ia menambahkan, inisiatif seperti Riau Maritime Corridor bukan sekadar simbolis. Langkah nyata harus segera diwujudkan agar Riau tidak tertinggal dalam transformasi ekonomi maritim global.
“Sekarang waktunya. Riau harus menjadi poros ekonomi laut, bukan hanya jadi penonton dari tepi pantai,” pungkas Capt. Hakeng (***)